Korek punya korek jumpa pula gambar tahun 2013 ni. Masa tu kalau nak post gambar di Ig mesti nak edit warna lebih kurang kelabu sikit, gold sikit lol.
Ketika baca buku ni, rasanya filem pun masih belum keluar. Bahasa Indonesia pula tu, Google tu memang kawan baiklah sebab banyak juga term yang saya tak faham.
Macam mana saya tahu pasal buku ni? Sebab Encik Mohd Rosdi Mohd Zin pernah sebut dalam salah satu buku beliau (tak ingat yang mana satu). Mudah betul terpengaruh .
Kalau ditanya babak yang menarik, bagi saya ialah babak Bang Muluk menegur Zainuddin.
Lepas Hayati kahwin dengan Aziz, Zainuddin patah hati dan memang tak ada langsung semangat nak teruskan hidup. Kalau boleh nak mati je lah sebab hidup dah tak ada makna.
Tapi insan bernama Muluk ni datang. Dia ni bukan siapa-siapa, cuma kutu rayau je. Takde ilmu macam Zainuddin.
Ini yang dia cakap,
“Hei, berhentilah bersedih begini, Engku. Terjadi sudahlah terjadi. Engku, engku dah banyak menuntut ilmu di siko. Budi pekerti dan kesopanan dengan pemikiran yang luas pun sudah engku raih.”
”Jangan lah lebih lemah dari pada para-para kami yang tidak kenal bace bismillah. Tidak baik hidup yang mulia ini, terkurung semata-mata karena memikirkan perempuan. Perempuan yang Engku junjung tinggi itu telah berkhianat, dan memungkiri janjinya.”
”Di sini Engku sengsara bersakit-sakit, sedangkan dia? Dia sedang menikmati masa pengantin baru dengan suaminya.”
“Engku ni orang pintar, kenapa harus hancur oleh perempuan. Dimana letak pertahanan kehormatan yang terletak pada seseorang laki-laki, ha.”
“Jangan mau hidup engku dirusak, binasakan oleh seorang perempuan itu. Engku mesti tegak kembali. Coba lagi engku lihat dunia lebih luas dan masuk ke dalamnya.”
“Di sana banyak kebahagiaan dan ketentraman yang tersimpan. Engku pasti bisa melakukannya. Dan mengecap bagaimana nikmat kebahagiaan dan keberuntungan itu.
“Cinta bukan mengajarkan kita untuk menjadi lemah, tetapi membangkitkan kekuatan.”
“Cinta bukan melemahkan semangat tapi membangkitkan semangat. Tunjukkan pada perempuan itu, bahwa engku tidak akan mati, lantaran dibunuhnya.”
Sebab teguran sentap ini lah Zainuddin bangkit sampai jadi penulis terkenal dan ada syarikat penerbitan sendiri.
Kita mungkin ada ilmu yang lebih tinggi daripada orang lain, tapi kadang-kadang bila akal kita hilang, orang yang kita rasa tak ada ilmu inilah yang mampu datang dan kembalikan akal kita yang hilang tu.
Apa yang anda suka pasal buku ni?